Cerita Panas Mesum Murid Dan Guru Bercinta -
Pagi itu, sinar matahari belum mampu mengusir embun putih yang
menyelimuti sebuah villa mewah di kawasan Puncak Pass. Beberapa gerombol
embun masih terlihat melayang-layang tertiup angin. Pucuk-pucuk pinus
masih berwarna putih tertutupi embun pagi. Rumput di halaman villa masih
basah.
Di dalam bathtub yang berisi air hangat,
Theo dan Debby duduk berendam sambil berpelukan mesra. Gadis itu duduk
di atas paha Theo. Telapak tangannya mengusap-usap menyabuni punggung
guru matematikanya itu, dan ia pun merasakan tangan lelaki itu menyabuni
punggungnya. Pelukan mereka sangat erat hingga dada mereka saling
menekan satu sama lain. Sesekali Debby menahan nafas ketika
menggeliatkan badannya.
Cerita Panas Mesum Murid Dan Guru Bercinta
"Debby sangat mencintai Theo," bisiknya.
Theo mengusap-usap bahu gadis itu dengan
busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih berbentuk bola-bola kecil
meleleh ke bagian atas dada dan punggung Debby. Lalu ditatapnya wajah
yang cantik itu. Wajah yang terlihat semakin menarik karena buih-buih
sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke
belakang. Busa dan bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu,
kemudian bola-bola itu meletus. Menawan. Sangat cantik dan mempesona,
bisik hati Theo.
Mungkinkah aku jatuh cinta untuk yang
kedua kalinya?, tanya Theo dalam hati. Jatuh cinta terhadap seorang
murid yang masih belia dan nakal? Mengapa? Mengapa..? Apakah karena
sensasi dan kemanjaan yang diciptakannya? Ah.., gumam Theo sambil
menarik nafas panjang. Lalu dikecupnya anak rambut di kening gadis itu.
Ia tak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di
benaknya. Tingkah laku Debby yang lembut dan kadang-kadang liar telah
melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir ketika luapan birahi
membakar tubuhnya.
"Theo juga sangat mencintai Debby. Sebelumnya tak pernah Theo rasakan nikmatnya terbakar birahi seperti saat ini.." ujar Theo.
Bola mata mereka saling menatap seolah
ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Theo menarik tubuh gadis
itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. Disabuninya punggung gadis itu
dengan kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun,
telapak tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air.
Diusap-usapnya bongkah pantat gadis itu.
Sejenak, ia menahan nafas ketika meremas
bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena gadis itu duduk di atas
pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal daripada biasanya.
Batang kemaluan Theo semakin keras ketika bersentuhan dengan vagina
gadis itu. Ia dapat merasakan kelembutan bibir luar vagina gadis itu
ketika bergesekan dengan bagian bawah batang kemaluannya. Dan dengan
usapan lembut, telapak tangannya terus menyusuri lipatan bongkah pantat
yang kenyal itu. Ia dapat merasakan lubang dubur Debby di jari
tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung jarinya merasakan
kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina.
"Theoo.., Theo nakal!" desah Debby sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.
Walau tengkuknya basah, Debby merasa bulu
roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari
vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu menyebabkan telapak
tangan Theo semakin bebas mengusap-usap. Membelai. Ia mengecup leher
Theo berulang kali ketika merasakan ujung jari Theo menyentuh bagian
bawah bibir vaginanya.
Tak lama kemudian, telapak tangan itu
semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia merasakan lipatan bibir luar
vaginanya diusap-usap. Debby berulang kali mengecup leher Theo. Kecupan
panas dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera tubuhnya.
Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat
merasakan lendir birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.
Karena vaginanya terendam dalam air,
usapan-usapan di dinding dan bibir dalam vaginanya terasa menjadi kesat.
Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya langsung larut ke dalam air.
Ujung jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya. Membakar
birahi untuk mengalirkan kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada
biasanya. Kenikmatannya hampir setara dengan liarnya lidah Theo yang
menari-nari di antara lipatan bibir vaginanya ketika mencumbu vaginanya
di balkon villa. Ia terpaksa menahan nafas untuk mengendalikan
kenikmatan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.
"Aarrgghh.. Sstt.. Sstt.." rintihnya berulang kali.
Lalu ia bangkit dari pangkuan lelaki itu.
Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena usapan-usapan jari yang
terasa kesat di lubang vaginanya. Tapi ketika berdiri, kedua lututnya
terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah
sedang melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.
Dengan cepat Theo pun bangkit berdiri.
Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu. Ia tak ingin gadis belia
yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung gadis itu dengan
dadanya. Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak tangannya. Dan
diusap-usapkannya cairan sabun itu di perut gadis belia itu. Ketika
menggerakkan telapak tangannya ke arah atas, busa sabun terdorong dan
menggumpal di antara jari jempol dan telunjuknya. Dan ketika buih-buih
itu terbentur pada lekukan bawah buah dada gadis itu, ia meremasnya
dengan lembut.
Kedua buah dada yang kenyal itu terasa
licin dan sangat halus. Telapak tangannya terus bergerak ke atas. Ia
sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar puting buah dada yang
masih kecil itu terjepit di jarinya. Sejenak, puting yang terjepit itu
diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya
bersamaan. Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap
semakin ke atas dan berhenti di leher jenjang gadis belia itu.
"Theo, aargh.., lama amat menyabuninya, aarrgghh.." rintih Debby sambil menggeliatkan pinggulnya.
Ia merasakan batang kemaluan Theo semakin
keras dan besar. Hal itu dapat ia rasakan karena batang kemaluan itu
semakin dalam terselip di antara lipatan bongkah pantatnya. Lalu ia
mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang. Diangkatnya tangan
kanannya untuk menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra.
Lidahnya menjulur dan bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah
Theo. Tangannya kirinya meluncur ke bawah, lalu meremas biji kemaluan
lelaki itu dengan gemas.
Theo menggerakkan telapak kanannya ke arah
pangkal paha Debby. Sesaat ia mengusap-usap bulu-bulu ikal di bagian
atas vagina gadis itu. Menikmati bulu-bulu yang masih pendek dan halus
itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak tangannya meluncur ke bawah.
Diusapnya vagina mungil itu berulang kali. Vagina yang baru kira-kira 7
jam yang lalu selaput perawannya dipasrahkan untuk dilewati oleh
cendawan batang kemaluannya.
Jari tengahnya terselip di antara kedua
bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang kali. Telapak tangannya yang
dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan pangkal paha itu
menjadi sangat licin. Klitoris itu seolah bergerak menggeliat-geliat
ketika ia mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang semakin keras dan
licin karena lendir dan buih-buih sabun.
"Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan lipatan bongkah pantatnya.
Ia merasakan lendir birahinya membanjiri
vaginanya. Lendir itu pasti bercampur dengan busa sabun, pikirnya. Lalu
ia berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah
di antara bibir vaginanya dengan cara mengusap-usapkan dua buah
jarinya.
Ketika menengadah, ia melihat batang
kemaluan Theo telah berada persis di hadapannya. Batang kemaluan itu
telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada setetes lendir
menghiasi ujung batang kemaluan itu. Persis di bagian tengah cendawan
yang berwarna kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu
ditatapnya warna kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang
kemaluan itu. Bola matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah
itu.
Setelah puas mengamati, diremasnya batang
kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya
bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi 'cep' ketika ia melepaskan
kecupannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu berpindah
ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat setengah
terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.
Tubuh Theo bergetar menahan nikmat ketika
ia melihat lidah dan bibir Debby bergerak-gerak mencicipi lendirnya.
Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis sekali! Batang kemaluannya
menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu gadis itu karena
tak sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat di
batang kemaluannya.
Setelah berdiri, Debby merasakan telapak
tangan Theo mengangkat paha kirinya. Sambil mencium bibirnya, telapak
tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya hingga akhirnya ia
terpaksa melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih berusaha
mengatur keseimbangan tubuhnya ketika Theo menyelipkan cendawan
kemaluannya ke celah di antara bibir vaginanya. Karena tubuhnya masih
belum seimbang, cendawan itu terlepas kembali. Theo agak menekuk kedua
lututnya ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan kemaluannya. Ia
sudah sangat ingin merasakan kembali vagina yang sempit itu meremas
batang kemaluannya. Nafasnya mendengus-dengus tak teratur. Dengan
terburu-buru, ia mendorong pinggulnya.
"Argh, aarrgghh.., Theo!" rintih Debby.
"Masih sakit?" tanya Theo.
"Sakit dikit.." jawab Debby.
Theo menarik batang kemaluannya
perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula.
Sambil mendorong, ia menatap vagina gadis itu. Pandangannya nanar seolah
ada kabut yang menutupi bola matanya ketika ia melihat bibir luar
vagina gadis itu ikut terdorong bersama batang kemaluannya. Ia masih
menatap terpesona ketika perlahan-lahan menarik kembali batang
kemaluannya. Bibir luar vagina itu merekah dan seolah sengaja
memperlihatkan lipatan celah vagina yang berwarna pink!
"Masih sakit, Sayang?"
"Hmm!"
"Sakit?"
"Enaak.., Theo!"
Theo tersenyum. Dilumatnya bibir gadis itu
sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan cepat, batang kemaluannya
menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan berdiri kejang
setelah merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung
cendawannya. Lalu ditatapnya raut wajah murid yang dicintainya itu
sekaligus dikaguminya!
Selain cantik dan dan seksi, muridnya itu
pun tak pernah bertanya atau membantah ketika ia menghunjamkan
kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus mempunyai ide-ide
liar yang sensasional dalam bercinta. Mungkin muridku ini memang
dikaruniai bakat bercinta, kata Theo dalam hati. Bakat untuk menaklukkan
lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya! Perlahan-lahan Theo
menarik batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas bongkah pantat
gadis itu dan yang sebelah lagi meremas dada.
"Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan Theo kembali menghunjam vaginanya.
Ia terpaksa berjinjit karena batang
kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya. Kedua tangannya dengan
erat merangkul leher Theo. Ia ingin menggantung di leher lelaki itu.
Lututnya terasa lemas menahan kenikmatan yang menjalari sekujur
tubuhnya. Panasnya birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi
terbuka. Butir-butir keringat mulai merembes dari pori-porinya,
bercampur dengan busa sabun yang masih tersisa di beberapa bagian
tubuhnya.
Semakin sering ujung cendawan kemaluan
lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin banyak pula keringat
merembes di sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya keringat itu terlihat
mengkristal di kulitnya! Nafas Debby beberapa kali terhenti ketika Theo
menarik dan menghunjamkan batang kemaluannya. Menarik dan menghunjam
dengan cepat hingga terdengar 'cepak-cepak' yang merdu setiap kali
pangkal pahanya berbenturan dengan pangkal paha Theo. Dan setiap kali
mendengar suara 'cepak' itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke
ubun-ubun.
"Aarrgghh.., aarrgghh.., Theoo!"
"Theoo.., Debby pipiis..!"
Rintihan itu membuat Theo semakin cepat
menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia
berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan air mani yang ingin
menyemprot dari lubang batang kemaluannya. Tapi orgasme gadis belia yang
sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu lagi menahan
tekanan air mani yang mengalir dari biji kemaluannya. Vagina sempit itu
berdenyut-denyut meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang
masih tertahan di batang kemaluannya. Membuat ia tak berdaya untuk
mengendalikan desakan air mani yang menyemprot dari lubang batang
kemaluannya.
"Aarrgghh..! Aarrgghh..! Debby, aarrgghh..!" raung Theo sambil menghujamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya.
"Theoo.., sstt, sstt.." desis Debby
berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang sangat dicintainya
itu 'menembak' mulut rahimnya.
'Tembakan' yang pertama terasa panas dan
menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri kejang dan punggungnya
melengkung ke belakang. 'Tembakan' kedua dan ketiga membuat ia semakin
berjinjit setengah bergantung di leher Theo.
"Aarrgghh.., Debby! Argh.., enaknya!" rintih Theo di telinga murid yang sangat disayanginya itu.
"Theoo.., sstt.., sstt..!" desis Debby pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak orgasmenya!
Kedua telapak tangan Theo memangku bongkah
pantat Debby. Telapak tangannya masih dapat merasakan kedutan-kedutan
di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai puncak orgasmenya. Dan
dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, di tarik bongkah pantat
yang kenyal itu agar mereka tak terjatuh. Ia tak ingin gadis itu
terjatuh karena ia masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam dalam
kelembutan vagina yang sempit itu. Vagina yang sangat dikaguminya, muda,
segar, dan masih berwarna pink!
"Puas, Sayang?" bisik Theo sambil mengusap-usap punggung Debby.
"Puas banget!"
"Theo sangat menyayangi Debby."
"Debby juga sangat sayang pada Theo," kata Debby sambil mencium bibir Theo.
Mereka masih terus berciuman dengan mesra hingga batang kemaluan Theo mengkerut dan terlepas dari vagina Debby.
Birahi Murid Dan Guru
Pagi itu, sinar matahari belum mampu
mengusir embun putih yang menyelimuti sebuah villa mewah di kawasan
Puncak Pass. Beberapa gerombol embun masih terlihat melayang-layang
tertiup angin. Pucuk-pucuk pinus masih berwarna putih tertutupi embun
pagi. Rumput di halaman villa masih basah.
Di dalam bathtub yang berisi air hangat,
Theo dan Debby duduk berendam sambil berpelukan mesra. Gadis itu duduk
di atas paha Theo. Telapak tangannya mengusap-usap menyabuni punggung
guru matematikanya itu, dan ia pun merasakan tangan lelaki itu menyabuni
punggungnya. Pelukan mereka sangat erat hingga dada mereka saling
menekan satu sama lain. Sesekali Debby menahan nafas ketika
menggeliatkan badannya.
Dadanya yang menggeliat menyebabkan puting
buah dadanya mengalirkan birahi ke sekujur tubuhnya. Puting itu semakin
mengeras setelah beberapa kali bergesekan dengan dada Theo yang licin
dipenuhi buih-buih sabun. Pangkal pahanya yang terendam air hangat
terasa membakar birahi ketika batang kemaluan lelaki itu menyentuh
vaginanya. Debby menggerak-gerakkan telapak tangannya dari punggung
hingga ke leher Theo. Sambil menyabuni, ditariknya tengkuk lelaki itu.
"Debby sangat mencintai Theo," bisiknya.
Theo mengusap-usap bahu gadis itu dengan
busa sabun yang berlimpah. Busa dan buih-buih berbentuk bola-bola kecil
meleleh ke bagian atas dada dan punggung Debby. Lalu ditatapnya wajah
yang cantik itu. Wajah yang terlihat semakin menarik karena buih-buih
sabun memenuhi lehernya yang jenjang. Disibaknya rambut gadis itu ke
belakang. Busa dan bola-bola kecil ikut menempel di rambut gadis itu,
kemudian bola-bola itu meletus. Menawan. Sangat cantik dan mempesona,
bisik hati Theo.
Mungkinkah aku jatuh cinta untuk yang
kedua kalinya?, tanya Theo dalam hati. Jatuh cinta terhadap seorang
murid yang masih belia dan nakal? Mengapa? Mengapa..? Apakah karena
sensasi dan kemanjaan yang diciptakannya? Ah.., gumam Theo sambil
menarik nafas panjang. Lalu dikecupnya anak rambut di kening gadis itu.
Ia tak mampu memikirkan pertanyaan-pertanyaan yang berkecamuk di
benaknya. Tingkah laku Debby yang lembut dan kadang-kadang liar telah
melumpuhkan nalarnya. Ia tak mampu berpikir ketika luapan birahi
membakar tubuhnya.
"Theo juga sangat mencintai Debby. Sebelumnya tak pernah Theo rasakan nikmatnya terbakar birahi seperti saat ini.." ujar Theo.
Bola mata mereka saling menatap seolah
ingin menjenguk isi hati masing-masing. Lalu Theo menarik tubuh gadis
itu agar lebih erat menempel ke tubuhnya. Disabuninya punggung gadis itu
dengan kedua telapak tangannya. Sambil mengusap-usapkan busa sabun,
telapak tangannya terus menyusur hingga tenggelam ke dalam air.
Diusap-usapnya bongkah pantat gadis itu.
Sejenak, ia menahan nafas ketika meremas
bongkah pantat yang masih kenyal itu. Karena gadis itu duduk di atas
pahanya, bongkah pantat itu terasa lebih kenyal daripada biasanya.
Batang kemaluan Theo semakin keras ketika bersentuhan dengan vagina
gadis itu. Ia dapat merasakan kelembutan bibir luar vagina gadis itu
ketika bergesekan dengan bagian bawah batang kemaluannya. Dan dengan
usapan lembut, telapak tangannya terus menyusuri lipatan bongkah pantat
yang kenyal itu. Ia dapat merasakan lubang dubur Debby di jari
tengahnya. Diusap-usapnya beberapa kali hingga ujung jarinya merasakan
kehalusan lipatan daging antara dubur dan vagina.
"Theoo.., Theo nakal!" desah Debby sambil menggeliat mengangkat pinggulnya.
Walau tengkuknya basah, Debby merasa bulu
roma di tengkuknya meremang akibat nikmat dan geli yang mengalir dari
vaginanya. Ia menggeliatkan pinggulnya. Geliat itu menyebabkan telapak
tangan Theo semakin bebas mengusap-usap. Membelai. Ia mengecup leher
Theo berulang kali ketika merasakan ujung jari Theo menyentuh bagian
bawah bibir vaginanya.
Tak lama kemudian, telapak tangan itu
semakin jauh menyusur hingga akhirnya ia merasakan lipatan bibir luar
vaginanya diusap-usap. Debby berulang kali mengecup leher Theo. Kecupan
panas dan liar sebagai ungkapan luapan birahi yang mendera tubuhnya.
Sesekali lidahnya menjilat, sesekali menggigit dengan gemas. Ia dapat
merasakan lendir birahi yang semakin banyak bermuara di vaginanya.
Karena vaginanya terendam dalam air,
usapan-usapan di dinding dan bibir dalam vaginanya terasa menjadi kesat.
Setiap kali mengusap, lendir di vaginanya langsung larut ke dalam air.
Ujung jari itu menjadi terasa lebih kasar daripada biasanya. Membakar
birahi untuk mengalirkan kadar kenikmatan yang lebih tinggi daripada
biasanya. Kenikmatannya hampir setara dengan liarnya lidah Theo yang
menari-nari di antara lipatan bibir vaginanya ketika mencumbu vaginanya
di balkon villa. Ia terpaksa menahan nafas untuk mengendalikan
kenikmatan yang ia rasakan di sekujur tubuhnya.
"Aarrgghh.. Sstt.. Sstt.." rintihnya berulang kali.
Lalu ia bangkit dari pangkuan lelaki itu.
Ia tak ingin mencapai orgasme hanya karena usapan-usapan jari yang
terasa kesat di lubang vaginanya. Tapi ketika berdiri, kedua lututnya
terasa goyah. Rasa nikmat di vaginanya telah membuat dirinya seolah
sedang melayang-layang. Lututnya seolah kehilangan sendi.
Dengan cepat Theo pun bangkit berdiri.
Tangannya segera membalikkan tubuh gadis itu. Ia tak ingin gadis belia
yang dicintainya itu terjatuh. Disangganya punggung gadis itu dengan
dadanya. Lalu dituangnya kembali cairan sabun ke telapak tangannya. Dan
diusap-usapkannya cairan sabun itu di perut gadis belia itu. Ketika
menggerakkan telapak tangannya ke arah atas, busa sabun terdorong dan
menggumpal di antara jari jempol dan telunjuknya. Dan ketika buih-buih
itu terbentur pada lekukan bawah buah dada gadis itu, ia meremasnya
dengan lembut.
Kedua buah dada yang kenyal itu terasa
licin dan sangat halus. Telapak tangannya terus bergerak ke atas. Ia
sengaja membuka jari jempol dan telunjuknya agar puting buah dada yang
masih kecil itu terjepit di jarinya. Sejenak, puting yang terjepit itu
diremas-remasnya dengan lembut. Puting kiri dan kanan diremasnya
bersamaan. Dilepas. Diremas kembali. Lalu telapak tangannya mengusap
semakin ke atas dan berhenti di leher jenjang gadis belia itu.
"Theo, aargh.., lama amat menyabuninya, aarrgghh.." rintih Debby sambil menggeliatkan pinggulnya.
Ia merasakan batang kemaluan Theo semakin
keras dan besar. Hal itu dapat ia rasakan karena batang kemaluan itu
semakin dalam terselip di antara lipatan bongkah pantatnya. Lalu ia
mendongakkan kepala sambil menoleh ke belakang. Diangkatnya tangan
kanannya untuk menarik leher lelaki itu, lalu diciumnya dengan mesra.
Lidahnya menjulur dan bergerak-gerak liar untuk memilin-milin lidah
Theo. Tangannya kirinya meluncur ke bawah, lalu meremas biji kemaluan
lelaki itu dengan gemas.
Theo menggerakkan telapak kanannya ke arah
pangkal paha Debby. Sesaat ia mengusap-usap bulu-bulu ikal di bagian
atas vagina gadis itu. Menikmati bulu-bulu yang masih pendek dan halus
itu di ujung jari-jarinya. Lalu telapak tangannya meluncur ke bawah.
Diusapnya vagina mungil itu berulang kali. Vagina yang baru kira-kira 7
jam yang lalu selaput perawannya dipasrahkan untuk dilewati oleh
cendawan batang kemaluannya.
Jari tengahnya terselip di antara kedua
bibir luar vagina itu. Diusapnya berulang kali. Telapak tangannya yang
dipenuhi buih-buih sabun membuat bibir vagina dan pangkal paha itu
menjadi sangat licin. Klitoris itu seolah bergerak menggeliat-geliat
ketika ia mengusapkan telapak tangannya. Klitoris yang semakin keras dan
licin karena lendir dan buih-buih sabun.
"Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan lelaki itu semakin kuat menekan lipatan bongkah pantatnya.
Ia merasakan lendir birahinya membanjiri
vaginanya. Lendir itu pasti bercampur dengan busa sabun, pikirnya. Lalu
ia berjongkok agar vaginanya terendam ke dalam air. Dibersihkannya celah
di antara bibir vaginanya dengan cara mengusap-usapkan dua buah
jarinya.
Ketika menengadah, ia melihat batang
kemaluan Theo telah berada persis di hadapannya. Batang kemaluan itu
telah membengkak dan terlihat mengangguk-angguk. Ada setetes lendir
menghiasi ujung batang kemaluan itu. Persis di bagian tengah cendawan
yang berwarna kecokelat-cokelatan itu. Indah sekali, gumamnya. Lalu
ditatapnya warna kemerah-merahan di lekukan antara cendawan dan batang
kemaluan itu. Bola matanya berbinar-binar mengamati lekukan yang indah
itu.
Setelah puas mengamati, diremasnya batang
kemaluan itu dengan lembut. Lalu diarahkan ke mulutnya. Dikecupnya
bagian ujung cendawan itu. Terdengar bunyi 'cep' ketika ia melepaskan
kecupannya. Setetes lendir yang menghiasi ujung cendawan itu berpindah
ke bagian dalam celah kedua bibirnya. Sejenak, matanya terlihat setengah
terpejam ketika ujung lidah dan kedua bibirnya mencicipi lendir itu.
Tubuh Theo bergetar menahan nikmat ketika
ia melihat lidah dan bibir Debby bergerak-gerak mencicipi lendirnya.
Dicicipinya dengan penuh perasaan! Erotis sekali! Batang kemaluannya
menjadi semakin keras. Berdiri tegak! Ia meraih bahu gadis itu karena
tak sanggup lagi mengendalikan tekanan darah yang memenuhi urat-urat di
batang kemaluannya.
Setelah berdiri, Debby merasakan telapak
tangan Theo mengangkat paha kirinya. Sambil mencium bibirnya, telapak
tangan itu tetap menahan bagian belakang pahanya hingga akhirnya ia
terpaksa melilitkan kakinya di pinggang lelaki itu. Ia masih berusaha
mengatur keseimbangan tubuhnya ketika Theo menyelipkan cendawan
kemaluannya ke celah di antara bibir vaginanya. Karena tubuhnya masih
belum seimbang, cendawan itu terlepas kembali. Theo agak menekuk kedua
lututnya ketika berusaha menyelipkan kembali cendawan kemaluannya. Ia
sudah sangat ingin merasakan kembali vagina yang sempit itu meremas
batang kemaluannya. Nafasnya mendengus-dengus tak teratur. Dengan
terburu-buru, ia mendorong pinggulnya.
"Argh, aarrgghh.., Theo!" rintih Debby.
"Masih sakit?" tanya Theo.
"Sakit dikit.." jawab Debby.
Theo menarik batang kemaluannya
perlahan-lahan, kemudian mendorongnya kembali perlahan-lahan pula.
Sambil mendorong, ia menatap vagina gadis itu. Pandangannya nanar seolah
ada kabut yang menutupi bola matanya ketika ia melihat bibir luar
vagina gadis itu ikut terdorong bersama batang kemaluannya. Ia masih
menatap terpesona ketika perlahan-lahan menarik kembali batang
kemaluannya. Bibir luar vagina itu merekah dan seolah sengaja
memperlihatkan lipatan celah vagina yang berwarna pink!
"Masih sakit, Sayang?"
"Hmm!"
"Sakit?"
"Enaak.., Theo!"
Theo tersenyum. Dilumatnya bibir gadis itu
sambil menghentakkan pinggulnya. Dengan cepat, batang kemaluannya
menghunjam. Ia menghentikan hentakan pinggulnya dan berdiri kejang
setelah merasakan mulut rahim gadis itu tersentuh oleh ujung
cendawannya. Lalu ditatapnya raut wajah murid yang dicintainya itu
sekaligus dikaguminya!
Selain cantik dan dan seksi, muridnya itu
pun tak pernah bertanya atau membantah ketika ia menghunjamkan
kemaluannya sambil berdiri. Murid yang patuh sekaligus mempunyai ide-ide
liar yang sensasional dalam bercinta. Mungkin muridku ini memang
dikaruniai bakat bercinta, kata Theo dalam hati. Bakat untuk menaklukkan
lelaki! Alangkah beruntungnya aku menjadi gurunya! Perlahan-lahan Theo
menarik batang kemaluannya. Sebelah tangannya meremas bongkah pantat
gadis itu dan yang sebelah lagi meremas dada.
"Aarrgghh..!" rintih Debby ketika merasakan batang kemaluan Theo kembali menghunjam vaginanya.
Ia terpaksa berjinjit karena batang
kemaluan itu terasa seolah membelah vaginanya. Kedua tangannya dengan
erat merangkul leher Theo. Ia ingin menggantung di leher lelaki itu.
Lututnya terasa lemas menahan kenikmatan yang menjalari sekujur
tubuhnya. Panasnya birahi membuat pori-pori di sekujur tubuhnya menjadi
terbuka. Butir-butir keringat mulai merembes dari pori-porinya,
bercampur dengan busa sabun yang masih tersisa di beberapa bagian
tubuhnya.
Semakin sering ujung cendawan kemaluan
lelaki itu menyentuh mulut rahimnya, semakin banyak pula keringat
merembes di sekujur tubuhnya. Hingga akhirnya keringat itu terlihat
mengkristal di kulitnya! Nafas Debby beberapa kali terhenti ketika Theo
menarik dan menghunjamkan batang kemaluannya. Menarik dan menghunjam
dengan cepat hingga terdengar 'cepak-cepak' yang merdu setiap kali
pangkal pahanya berbenturan dengan pangkal paha Theo. Dan setiap kali
mendengar suara 'cepak' itu, darahnya seolah terasa berdesir hingga ke
ubun-ubun.
"Aarrgghh.., aarrgghh.., Theoo!"
"Theoo.., Debby pipiis..!"
Rintihan itu membuat Theo semakin cepat
menghentak-hentakkan pinggulnya. Keringat bercucuran dari dahinya. Ia
berusaha menahan nafas untuk mengendalikan tekanan air mani yang ingin
menyemprot dari lubang batang kemaluannya. Tapi orgasme gadis belia yang
sangat dicintainya itu ternyata membuat ia tak mampu lagi menahan
tekanan air mani yang mengalir dari biji kemaluannya. Vagina sempit itu
berdenyut-denyut meremas batang kemaluannya. Menghisap air mani yang
masih tertahan di batang kemaluannya. Membuat ia tak berdaya untuk
mengendalikan desakan air mani yang menyemprot dari lubang batang
kemaluannya.
"Aarrgghh..! Aarrgghh..! Debby, aarrgghh..!" raung Theo sambil menghujamkan batang kemaluannya sedalam-dalamnya.
"Theoo.., sstt, sstt.." desis Debby
berulangkali ketika merasakan air mani lelaki yang sangat dicintainya
itu 'menembak' mulut rahimnya.
'Tembakan' yang pertama terasa panas dan
menggetarkan hingga membuat tubuhnya berdiri kejang dan punggungnya
melengkung ke belakang. 'Tembakan' kedua dan ketiga membuat ia semakin
berjinjit setengah bergantung di leher Theo.
"Aarrgghh.., Debby! Argh.., enaknya!" rintih Theo di telinga murid yang sangat disayanginya itu.
"Theoo.., sstt.., sstt..!" desis Debby pula berulangkali sesaat setelah lepas dari puncak orgasmenya!
Kedua telapak tangan Theo memangku bongkah
pantat Debby. Telapak tangannya masih dapat merasakan kedutan-kedutan
di bongkah pantat itu ketika gadis itu mencapai puncak orgasmenya. Dan
dengan tenaga yang masih tersisa di tubuhnya, di tarik bongkah pantat
yang kenyal itu agar mereka tak terjatuh. Ia tak ingin gadis itu
terjatuh karena ia masih ingin batang kemaluannya tetap terbenam dalam
kelembutan vagina yang sempit itu. Vagina yang sangat dikaguminya, muda,
segar, dan masih berwarna pink!
"Puas, Sayang?" bisik Theo sambil mengusap-usap punggung Debby.
"Puas banget!"
"Theo sangat menyayangi Debby."
"Debby juga sangat sayang pada Theo," kata Debby sambil mencium bibir Theo.
Mereka masih terus berciuman dengan mesra hingga batang kemaluan Theo mengkerut dan terlepas dari vagina Debby.
Cerita Panas Mesum Murid Dan Guru Bercinta